Kamis, 21 Juli 2011

midodareni

      Dalam foto ini menggambarkan penyerahan pisang sanggan. Pisang sanggan sendiri dapat diartikan, Arti Nominal : Buah pisang raja yang diletakkan di nampan yang dihias dengan daun pisang, yang kemudian diserahkan oleh pihak pengantin pria kepada pihak pengantin wanita. Yang terdiri dari: buah pisang raja satu tangkep, suruh ayu, gambir, kembang telon, dan lawe wenang.
· Makna : Pisang sanggan terdiri dari dua kata yaitu pisang dan sanggan. Pisang mengandung arti “jenis buah-buahan” dan sanggan yang berarti “segala hal untuk menyangga” (Poerwadarminta, 1939:543). Sanggan pada umumnya dikenal dengan tebusan. Suruh ayu, berasal dari dua kata suruh berarti “daun sirih” dan ayu berarti “cantik”. Daun sirih harus dalam kondisi yang baik, mengandung maksud daunnya masih utuh dan segar. Suruh ayu mempunyai makna simbolis ketika menjadi pengantin, hendaknya terlihat segar dan menarik. Segar dan menarik menyimbolkan kebahagiaan. Daun sirih yang digunakan harus yang temu ros “bertemu ruasnya” hal ini melambangkan bahwa sepasang pengantin dipertemukan dahulu. Gambir merupakan kelengkapan dalam menginang, gambir digunakan supaya rasanya semakin mantap. Makna simbolik penggunaan gambir dalam upacara panggih melambangkan kemantapan. Orang yang sudah siap untuk menikah berarti sudah mantap dengan pilihannya. Kembang telon terdiri dari tiga macam bunga terpilih diantara bunga yang lain, yaitu mawar, melati dan kantil. Dipilih tiga macam bunga tersebut mempunyai makna simbolik bahwa ketiga bunga tersebut merupakan bunga yang menjadi raja di taman. Nama bunga ini jika dikeratabasakan menjadi “apa kang binawar (mawar) saking kedaling lathi (mlathi) bisa kumanthil-kanthil ing wardaya”. Artinya “apa yang dinasihatkan oleh orang tua hendaknya selalu dapat diingat oleh calon mempelai”. Lawe wenang, terdiri dari dua kata lawe berarti benang lembut yang akan ditenun (Poerwadarminta, 1939:263). Wenang berarti “bisa atau dapat” (Poerwadarminta, 1939: 660). Lawe wenang merupakan uba rampe pisang sanggan dalam upacara panggih. Lawe wenang digunakan untuk mengikat lintingan daun sirih. Ikatan lawe wenang ini mempunyai makna simbolik ikatan pernikahan. Dipilih benang yang berwarna putih mempunyai makna simbolik suci. Lawe wenang mempunyai makna simbolik bahwa pernikahan merupakan merupakan ikatan yang lembut dan suci.
      Lalu dilanjutkan oleh penyerahan hantaran lain nya. Dilanjutkan oleh tirto wening yang berarti kedua orang tua calon pengantin putri menerima calon mempelai pria di tengah-tengah keluarga mereka.
      Dan dilanjutkan oleh penyerahan catur laksitatama/ catur wedha yang berarti Catur Wedha/Catur Sabda adalah wejangan yang diberikan oleh calon bapak mertua / bapak calon pengantin wanita terhadap calon pengantin pria pada malam midodareni. Catur Wedha/Catur Sabda dibacakan teksnya di depan tamu undangan. Setelah selesai dibaca, teks tersebut di tanda tangan oleh bapak calon pengantin wanita kemudian diserahkan kepada calon pengantin pria.

1 komentar:

  1. budaya Jawa memang anggun dan sakral sekali, khususnya dalam prosesi pengantin jawa. runtut, lengkap, panjang tapi indah :)

    BalasHapus